Selamat datang di Pusat Informasi Kehutanan

Hutan dan Pengendalian Banjir serta Erosi

0 komentar

Pembangunan  hutan  dapat mengendalikan bajir dan erosi jira dilaksanakan secara bijaksana dengan memperhatikan :

1.   Pembangunan hutan mengikuti strata tajuk dan pohon yang ditanam mempunyai bentuk daun kecil dan ujung meruncing, maka dapat memperkecil massa dan kecepatan butir air hujan yang jatuh ke lantai hutan yang dapat menyebabkan erosi percikan.

2. Pembangunan hutan dengan menjaga keberadaan tumbuhan penutup tanah, serasah dan humus yang dapat mengurangi aliran permukaan (air larian) dan dapat meningkatkan infiltrasi air (suplesi air). Dengan berkurangnya air larian dan meningkatnya suplesi air, maka pembangunan hutan dapat mengurangi bahaya banjir dan erosi serta meningkatkan air simpanan (air tanah).

3. Pembangunan hutan tidak dilakukan pada tanah yang tidak stabil (karena kemiringan dan topografi tinggi) serta mempunyai sifat erosivitas tinggi (jenis dan sifat tanah yang mudah tererosi), maka pembangunan hutan tidak akan meningkatkan bahaya erosi, banjir dan tanah longsor.

Pembangunan hutan dapat menurunkan koefisien air larian. Koefisien air larian 0, jika semua curah hujan meresap kedalam tanah, sedangkan koefisien air larian 1 jika semua curah hujan mengalir sebagai air larian. Pengelolaan hutan yang baik dapat memperkecil koefisien air larian sehingga dapat mengurangi bahaya banjir, erosi dan tanah longsor. Karenanya jika hutan dikonversi menjadi penggunaan non kehutanan apalagi yang berada di wilayah hulu, maka dapat menimbulkan banjir bandang. Resiko banjir tersebut akan menjadi lebih besar oleh faktor topografi yang curam dan curah hujan yang tinggi.

Dengan demikian hutan dapat mengurangi resiko banjir melalui :

1.   Intersepsi hujan oleh tajuk dan serasah yang akibatnya dapat mengurangi jumlah air hujan sampai tanah (presipitasi efektif)

2.   Peresapan air kedalam tanah diperbesar sehingga air larian menjadi kecil, namun jika hujan deras berlangsung dalam waktu yang lama banjirpun akan terjadi, tetapi naiknya banjir pelan-pelan bukan banjir bandang

3.   Pada tanah gundul yang padat resiko terjadinya banjir bandang menjadi besar
Erosi air disebabkan oleh energi dalam benda yang bergerak yaitu energi kinetik. Besarnya energi kinetik tergantung pada massa benda yang bergerak dan kecepatan gerak, makin besar ukuran benda yang bergerak dan semakin cepat kecepatan benda bergerak maka makin tinggi energi kinetik yang terjadi. Butir air hujan yang jatuh dari awan atau tajuk pohon (air lolosan) mempunyai massa dan kecepatan, massa butir air ditentukan oleh Berat Jenis dan Volume. Butir air lolosan mempunyai volume lebih besar daripada air hujan, sehingga energi kinetiknya lebih besar pula. Besarnya volume air lolosan ditentukan oleh lebar dan bentuk ujung daun penetes, makin lebar ujung daun penetes makin besar volume air lolosan, Air lolosan yang jatuh dari daun bambu mempunyai volume lebih kecil dibandingkan air lolosan pada jambu biji (karena daun bambu sempit dan runcing, sedangkan daun jambu biji bulat dan tumpul). Makin tinggi intensitas hujan makin besar pula diameter air hujan. Makin tinggi intensitas hujan, makin besar erositas hujan, karena volume dan kecepatan terminal butir air hujan yang makin besar. Oleh karena itu dengan pemilihan jenis pohon yang mempunyai daun sempit dan runcing serta adanya strata tajuk dapat mengurangi massa dan kecepatan air lolosan yang jatuh. Dikombinasikan dengan adanya tumbuhan penutup tanah, serasah dan humus, maka dapat memperkecil erosi percikan, lebih lanjut dapat mengurangi peluang timbulnya erosi tanah.

Hasil penelitian Irsyamudana (2004) di Sumberjaya, Lampung, yang merupakan salah satu contoh kasus dari perubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian menunjukkan bahvva laju infiltrasi tertinggi pada hutan sebesar 5,2 mm/detik dan terendah pada sistem kopi monokultur sebesar 2 mm/detik. Limpasan permukaan dan erosi tertinggi terdapat pada kopi monokultur yaitu 141,9 mm dan 272,8 g/m2. Sedangkan limpasan dan erosi terendah terdapat pada sistem hutan yaitu 36,9 mm dan 208.8 g/m2. Jadi fungsi hutan sebagai lahan konservasi belum dapal digantikan oleh sistem lain. Widianto el al. (2004) melakukan penelitian untuk memahami secara kuantitatif perubahan perilaku limpasan permukaan dan erosi akibat alih guna lahan hutan menjadi sistem kopi monokultur. Hasil penelitian menunjukkan penebangan hutan alam mengakibatkan limpasan dan erosi meningkat luar biasa. Limpasan permukaan kumulatif di hutan alam hanya 27 mm, hanya sepertiga dari hutan yang baru ditebang (75 mm). Limpasan permukaan terbesar terjadi pada tanaman kopi berumur 3 tahun (124 mm) dan kehilangan tanah terbesar terjadi pada tanaman kopi berumur 1 tahun. Selain itu, penelitian Rajati (2006) di hutan Cipadayungan, Sumedang. areal Perum Perhutani Unit III Javva Barat dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan kehutanan pada aspek kemiringan lereng dan besarnya erosi menunjukkan bahwa erosi yang terjadi pada kelas kemiringan lereng 0-15 % dan 15-30 % adalah erosi yang masih dapat ditolerir, sedangkan erosi pada kemiringan lereng > 30 % lebih besar dari erosi yang dapat ditolerir.
Share this article :
 
Support : PT Fin Komodo Teknologi | Creating Website | Dewa Yuniardi | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2012 - 2015. Kehutanan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger